Media Tak Secerah dan Semakin Tidak Menggiurkan

ilustrasi media online
ilustrasi media online

Bisnis non-cetak itu termasuk 14 anak usaha yang dimiliki Bisnis Indonesia. Para sumber dari kalangan media yang punya pengaruh dalam langkah bisnis perusahaannya sepakat bahwa iklan digital yang diperoleh media online mereka masih minim. “Padahal biaya produksi online ini juga tidak murah, perlu SDM (sumber daya manusia) yang banyak juga kalau mau maksimal,” kata Riyadi.

Bukan cuma dibagi dengan dua raksasa macam Facebook dan Google, media-media online juga harus bersaing dengan influencer di media sosial untuk merebut kue iklan itu.
Ekosistem itu yang membuat bisnis media baru susah berkembang apalagi bertahan, tulis Ross Tapsell, peneliti media Indonesia asal Australia dalam Media Power in Indonesia (2017).

Menurutnya, sokongan bentuk bisnis yang stabil masih jadi masalah besar bagi pelaku bisnis media, apalagi jika tidak tergolong ke dalam konglomerasi media di Indonesia.

“Banyak media cetak di Indonesia terpaksa menjual (medianya) kepada konglomerat digital. Beberapa contoh awal termasuk Suara Pembaruan (Riady Group) dan Surabaya Pos (Bakrie Group). Banyak koran independen di daerah juga dijual. Beberapa lain terpaksa tutup, misalnya, salah satu harian tertua Sinar Harapan yang basisnya di Jakarta, didirikan pada 1961,” tulis Tapsell, dosen Australian National University.

Konglomerat media yang dimaksud Tapsell adalah delapan perusahaan media yang bukan cuma berhasil melanggengkan bisnisnya, melainkan juga berkembang sebagai konglomerat digital. Disebut demikian karena mereka tak cuma punya koran, tapi juga stasiun televisi, radio, media online, dan bahkan infrastruktur sendiri seperti satelit..

Infrastruktur ini yang menurut Tapsell akan memberikan kuasa kepada perusahaan-perusahaan tersebut untuk memengaruhi media-media kecil yang modalnya kalah saing. Delapan perusahaan ini adalah CT Corp milik Chairul Tanjung; Global Mediacom milik Hary Tanoesoedibjo; EMTEK milik Eddy Kusnadi Sariaatmadja; Visi Media Asia milik Bakrie Group; Media Group milik Surya Paloh; Berita satu Media Holding milik Keluarga Riady; Jawa Pos milik Dahlan Iskan; dan Kompas Gramedia milik Jakoeb Oetama.

Tampilkan Semua
Cilacap Info
IKUTI BERITA LAINNYA DIGOOGLE NEWS

Berita Terkait