Dalam pandangan Imam Mujahid, kebaikan Lailatul Qadar melebihi nilai ibadah seribu bulan puasa dan shalat malam. Perbandingannya tidak dengan bulan-bulan biasa yang tidak dilakukan ibadah di dalamnya, tapi dengan seribu bulan berpuasa dan shalat malam. Ini menunjukkan keutamaan Lailatul Qadar sangat luar biasa. Apabila Lailatul Qadar ditentukan waktunya, manusia hanya akan menunggu, tanpa tergerak untuk berusaha mendapatkannya.
Selain itu, Lailatul Qadar adalah hadiah Allah untuk umat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Sayyid Abdul Aziz al-Darani menulis dalam kitabnya:
روي في الصحيح: (أن رسول الله صلي الله عليه وسلم أراه الله تعالي أعمار الناس قبله, فكأنه تقاصر أعمار أمته أن لا يبلغوا من العمل مثل الذي بلغ غيرهم في طول العمر، فأعطاه الله تعالي ليلة القدر, خير من ألف شهر) وألف شهر ثلاث وثمانون سنة وثلث
Terjemah bebas: “Dalam sebuah riwayat yang shahih (dikatakan): (Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam diperlihatkan oleh Allah ta’ala usia-usia manusia sebelumnya. Seakan-akan usia umatnya menjadi semakin pendek, sehingga pencapaian amalnya tidak akan menyamai amal umat lainnya karena panjangnya usia [mereka]. Kemudian Allah ta’ala menganugerahi Nabi Muhammad Lailatul Qadar, yang [nilainya] lebih baik dari seribu bulan). Seribu bulan (kurang lebih setara dengan) delapan puluh tiga tahun tiga bulan.” (Sayyid Abdul Aziz al-Darani, Thahârah al-Qulûb wa al-Khudlû’ li ‘Allâm al-Ghuyûb, 2003, h. 166)
Artinya, Lailatul Qadar harus diperjuangkan. Tidak hanya dinantikan. Lailatul Qadar berbeda dengan lainnya. Ia pasti hadir di setiap bulan Ramadhan. Kehadirannya adalah hal yang pasti. Namun, apakah kita berhasil menemuinya atau tidak, itu soal lain. Bisa jadi kita sedang tidur ketika ia hadir! bisa jadi kita sedang bermaksiat ketika ia datang! bisa jadi kita sedang bertadarrus ketika ia tiba! bisa jadi kita sedang shalat malam ketika ia menyapa. yang jelas, ia pasti hadir di tengah-tengah kita. Soal kita berhasil mendapatkannya atau tidak, tergantung kita sendiri.
Tampilkan Semua