Menurut dia, ada beberapa pegiat seni yang tetap berkarya meskipun dalam keterbatasan karena adanya pandemi COVID-19.
Selain untuk menunjukkan eksistensi pegiat seni, kata dia, program Covid juga ditujukan untuk penggalangan dana guna membantu sesama.
“Di episode awal, target donasinya adalah mbak Supinah yang merupakan pengrajin batik di Adipala, Kabupaten Cilacap, dan suaminya adalah juru kamera acara hajatan. Dalam kondisi pandemi COVID-19 seperti sekarang ini, acara hajatan kan berhenti sehingga kegiatan suami mbak Supinah ikut terdampak, sedangkan mbak Supinah mengalami kecelakaan hingga kakinya patah dan kami menjadikannya sebagai target donasi,” katanya.
Lebih lanjut, Insan mengaku program Covid itu terinspirasi oleh pergelaran Panggung Kahanan yang digelar pegiat seni di Semarang beberapa waktu lalu setelah mendapat respons positif dari Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
“Kegiatan tersebut digelar teman-teman seniman di dalam ruangan dan disaksikan oleh teman-teman juga, tapi mereka dibatasi, kalau enggak salah hanya sekitar 20 orang yang boleh masuk dan itu juga menggunakan protokol kesehatan. Jadi tetap bisa menyelenggarakan kegiatan, hanya saja menggunakan protokol kesehatan namun karena kasus COVID-19 kembali meningkat, sekarang mulai dibatasi lagi,” katanya.
Oleh karena itu, kata dia, pihaknya selalu merahasiakan lokasi kegiatan program Covid agar tidak terjadi kerumunan meskipun banyak yang menanyakannya karena ingin datang secara fisik.
“Jangan sampai banyak yang datang, biar mereka menyaksikan melalui Youtube saja,” tegasnya.
Ia mengatakan pihaknya juga masih mempertimbangkan keinginan pegiat seni “ebeg” atau kuda lumping untuk tampil dalam program Covid karena ketika iringan musiknya berbunyi dikhawatirkan akan memancing keinginan masyarakat untuk datang ke lokasi kegiatan guna menyaksikan secara langsung.
Tampilkan Semua