Jurnal Online – Pegiat seni atau seniman di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, berupaya menunjukkan eksistensinya dengan tetap berkarya meskipun sedang terjadi pandemi COVID-19, kata Ketua Komunitas Kreatif “Sangkanparan” Insan Indah Pribadi.
“Salah satu upaya yang kami lakukan adalah melalui kegiatan Creative Online Video (Covid). Kegiatan ini digagas oleh teman-teman sebagai wadah karena kami kangen bikin acara pertunjukan,” kata dia yang juga Koordinator Program “Covid” saat dihubungi di Cilacap, Kamis.
Dalam hal ini, kata dia, para pegiat seni atau seniman identik dengan pertunjukan, baik musik, teater, seni rupa, dan lain-lain.
“Hanya saja, saat ini memang belum begitu bebas (karena adanya pandemi COVID-19). Lalu, Sangkanparan punya inisiatif bikin kegiatan, namanya Covid, Creative Online Video,” jelasnya.
Ia mengatakan melalui program Covid tersebut, para pegiat seni dapat membuat berbagai kegiatan yang disiarkan secara langsung (live) melalui kanal Youtube Sangkanparan.
Menurut dia, program Covid tersebut sudah berjalan dua episode dan pada hari Kamis (23/7) merupakan episode ketiga yang akan menampilkan teater monolog karya Dewi Kusumawati yang merupakan Ibu rumah tangga dan pegiat teater.
“Teater monolog yang menampilkan Dewi Kusumawati ini akan disiarkan langsung melalui kanal Youtube Sangkanparan hari ini, mulai pukul 16.00 WIB,” tambahnya.
Insan mengatakan episode pertama program Covid menampilkan pegiat seni musik, Mbah Ipung, sedangkan episode kedua menampilkan Lina yang menyajikan proses pembuatan boneka.
Menurut dia, penonton program Covid dapat berinteraksi melalui obrolan (chat) di kanal Youtube Sangkanparan tersebut.
“Episode selanjutnya, rencananya akan menampilkan teman-teman pegiat seni tari. Jadi, setiap minggu kami mencoba menghadirkan karya teman-teman sekaligus sebagai bentuk ‘sharing’ teman-teman agar teman tidak dianggap berhenti atau tidak berdaya dalam kondisi pandemi COVID-19 seperti sekarang ini,” katanya.
Menurut dia, ada beberapa pegiat seni yang tetap berkarya meskipun dalam keterbatasan karena adanya pandemi COVID-19.
Selain untuk menunjukkan eksistensi pegiat seni, kata dia, program Covid juga ditujukan untuk penggalangan dana guna membantu sesama.
“Di episode awal, target donasinya adalah mbak Supinah yang merupakan pengrajin batik di Adipala, Kabupaten Cilacap, dan suaminya adalah juru kamera acara hajatan. Dalam kondisi pandemi COVID-19 seperti sekarang ini, acara hajatan kan berhenti sehingga kegiatan suami mbak Supinah ikut terdampak, sedangkan mbak Supinah mengalami kecelakaan hingga kakinya patah dan kami menjadikannya sebagai target donasi,” katanya.
Lebih lanjut, Insan mengaku program Covid itu terinspirasi oleh pergelaran Panggung Kahanan yang digelar pegiat seni di Semarang beberapa waktu lalu setelah mendapat respons positif dari Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
“Kegiatan tersebut digelar teman-teman seniman di dalam ruangan dan disaksikan oleh teman-teman juga, tapi mereka dibatasi, kalau enggak salah hanya sekitar 20 orang yang boleh masuk dan itu juga menggunakan protokol kesehatan. Jadi tetap bisa menyelenggarakan kegiatan, hanya saja menggunakan protokol kesehatan namun karena kasus COVID-19 kembali meningkat, sekarang mulai dibatasi lagi,” katanya.
Oleh karena itu, kata dia, pihaknya selalu merahasiakan lokasi kegiatan program Covid agar tidak terjadi kerumunan meskipun banyak yang menanyakannya karena ingin datang secara fisik.
“Jangan sampai banyak yang datang, biar mereka menyaksikan melalui Youtube saja,” tegasnya.
Ia mengatakan pihaknya juga masih mempertimbangkan keinginan pegiat seni “ebeg” atau kuda lumping untuk tampil dalam program Covid karena ketika iringan musiknya berbunyi dikhawatirkan akan memancing keinginan masyarakat untuk datang ke lokasi kegiatan guna menyaksikan secara langsung.