JURNAL ONLINE – CEO Nielsen Online Jepang, Charles Buchwalter mengatakan saat ini pembaca media online di Indonesia relatif kecil dibandingkan pembaca media konvensional, baru dua persen. Jauh dibandingkan Amerika sebesar 12 persen dan Jepang 10 persen.
Namun, pertumbuhan online bakal meningkat pesat. Itu artinya peluang media online meraup iklan sangat besar.
Media online ini masih akan berkembang bisa mencari keuntungan, Buchwalter mencontohkan laman jejaring sosial, Facebook. Saat ini penggunanya ada 400 juta. Dalam setiap 1 menit ada 2.000 orang yang melihat sebuah iklan kecil yang terpampang di halaman Facebook.
Dengan pertumbuhan pembaca online yang terus meningkat, Buchwalter menyarankan para pemasang iklan tidak hanya menggunakan media konvensional, cetak dan televisi. Harus ada dana yang disisihkan untuk memasang iklan online.
Buchwalter mengatakan, kemajuan teknologi online tak lantas ‘membunuh’ media konvensional.
Televisi misalnya, masih jadi media favorit dan tidak tergeser oleh media online.
Pasca efek domino pandemic,kini sudah tumbuh lebih dari 2000 online berita. Akibatnya? Persaingan semakin ketat di media online sekaligus media konvensional. Dahulu di kisaran tahun 2000 an, di Indonesia media online yang sampai 1 juta hitter pembaca yakni nu onle, suara merdeka dan kompas. Kini tahu nggak, yang paling digdaya di media online masih dipegang kompas dengan 10 juta pelanggan setia.
Tentu jalan cadas bagi media online yang baru tumbuh, karena media online mempunyai banyak prasyarat agar tetap bertahan.
Padahal angka iklan yang masuk di dapat oleh media online memang sangat kecil dibandingkan yang diperoleh televisi atau media cetak. Meski ada banyak orang yang bilang bahwa masa depan ada di internet, belum ada riset yang kredibel dan terbuka untuk pasar Indonesia tentang berapa kue yang didapatkan media-media online. Bentuknya hanya perkiraan: media daring Bisnis Indonesia cuma menyumbang kecil. “Sekitar 35 persenlah, masuk ke non-cetak, ya,” kata Trianto, pemred Bisnis.
Tampilkan Semua